Senin, 03 Januari 2011

Andai

Andai aku bisa

Menjadi yang terbaik untukmu

Andai aku mampu

Menjadi yang terkuat untukmu

Namun . . .

Aku tak sebaik yang kau harapkan

Aku tak sekuat yang kau inginkan

Inilah aku yang sebenarnya

Yang banyak memiliki kekurangan

Tapi . . .

Kuharap kau tak kecewa

Dan menerimaku apadanya

Tuhan

Ya Allah, Ya Rabbi . . .

Dalam keheningan malam aku bersimpuh

Bersujud memohon ampunan-Mu

Atas segala dosa dan kesalahanku selama ini

Hari demi hari, dosaku semakin bertambah

Layaknya pasir yang ada di pantai

Layaknya buih di lautan lepas yang tak terkira

Ya, Allah . . .

Hanya rahmat-Mu yang buatku sanggup

Sanggup untuk memikul semua dosa

Ya Allah . . .

Hanya pada-Mu aku memohon ampun

Hanya pada-Mu aku berserah diri

Kuatkanlah aku untuk menjalani ujian-Mu

Kuatkanlah imanku untuk terus di jalan-Mu

ya, Allah . . .

Hanya pada-Mu aku bersimpuh

rasa ini

Rasa yang kau tawarkan padaku

Begitu sejuk didengar

Dan begitu indah dibayangkan

Tapi mengapa . . .

Rasa itu begitu cepat pergi

Tinggalkanku di sini sendiri

Dalam kesepian dan kehampaan

Bahkan . . .

Aku belum sempat merasakan

Indahnya kebersamaan

Dan damainya perhatian

Hatiku selalu bertanya

Tidak pantaskah aku mengecap rasa itu?

Hingga ia datang dan pergi begitu saja

pernah

Pernahkah. . .

Sekali saja dalam hidupmu

Kau menengok sekelilingmu

Pernahkah. . .

Sekali saja dalam hidupmu

Kau merasakan apa yang mereka rasakan

Pernahkah. . .

Sekali saja dalam hidupmu

Kau berbagi dengan mereka yang kekurangan

Dan pernahkah. . .

Sekali saja dalam hidupmu

Kau bersyukur atas apa yang kau miliki

Karena. . .

Tanpa bersyukur dan tanpa berbagi

Kau tak akan pernah merasakan nikmat yang sesungguhnya

puisi

Renungkanlah. . .

Apa yang telah kita perbuat

Bayangkanlah. . .

Apa yang akan terjadi

Bila kita. . .

Terus memaksakan

Segala keinginan kita kepada alam

Bila kita. . .

Terus menerus

Tidak peduli kepada alam

Hi, kawan

Mari kita cintai alam ini

Sebelum Dia menjadi lebih murka pada kita

puisi

Renungkanlah. . .

Apa yang telah kita perbuat

Bayangkanlah. . .

Apa yang akan terjadi

Bila kita. . .

Terus memaksakan

Segala keinginan kita kepada alam

Bila kita. . .

Terus menerus

Tidak peduli kepada alam

Hi, kawan

Mari kita cintai alam ini

Sebelum Dia menjadi lebih murka pada kita

percaya

Percayalah. . .

Tuhan itu Maha Pengasih

Yakinilah. . .

Tuhan itu ada

Dia selalu ada

Dalam setiap tarikan nafas, denyut jantung, dan dalam aliran darah

Percayalah. . .

Tuhan itu Maha Penyayang

Dia selalu menyayangimu dengan cara-Nya sendiri

Dengan cobaan ataupun anugerah

Percayalah. . .

Karena dengan kepercayaan itu kita hidup

puisi

Segala sesuatu lahir atas dasar cinta

Tapi, jangan pernah berpikir

Mencintai berarti harus memiliki

Mencintai berarti selalu bersama

Karena aku bukanlah untukmu

Kini . . .

Jika kau menangis

Hanya sapu tangan yang bisa kuberikan

Dan jika kau berduka atau dalam masalah

Hanya do'a yang dapat kupanjatkan untukmu

Sesungguhnya

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu

Hitam bukan berarti kelam

Putih bukan berarti suci

Hidup tak selamanya hitam ataupun putih

Selalu ada abu-abu diantara keduanya

God

I am nothing without you

I am loser without you

You are my soul

You are my life

You give me spirit and strength

To face this cruel world

I am nothing without you

Please, don't leave me alone

To face Your destiny

love

LOVE is

Lord of everyone in this world

Occupy a special place in the heart

Various people with various story

Everyone needs it to be perfect

Mimpi?!

“Dimana ini?” tanyaku pada diri sendiri.

Kemudian dengan sedikit rasa panik aku melihat sekelilingku, namun hanya aku yang berdiri sendiri di tengah padang rumput yang luas. Sambil menenangkan diri mataku kembali berkeliling untuk melihat mungkin ada seseorang yang dapat kutanyai dimana ini sebenarnya. Namun tak ada siapapun, akupun putus asa dan kupejamkan mataku dengan sedih. Saat kubuka mata, tak jauh dari tempaku berada, berdiri tegak sebuah bangunan yang sangat mewah dan elegan bergaya arsitektur Eropa yang megah. “bukannya tadi tidak ada apa-apa disini?” seruku dalam hati. “kok, sekarang ada rumah?”lanjutku. Namun aku juga mengagumi rumah itu. Sehingga aku ingin melihatnya lebih dekat. Lalu, dengan penuh rasa penasaran kudekati dan kuhampiri rumah mewah itu.

“Wah. . . bagus sekali rumah ini!” seruku.

Dari kejauhan tampak beberapa orang pelayan sedang membersihkan rumah itu. Ketika aku semakin dekat, salah satu pelayan itu melihatku dan kemudian menghampiriku. Kakiku menjadi kaku karena pelayan tersebut bertubuh tinggi besar dan berkumis lebat. Aku takut ia akan memarahiku dan mengusirku karena telah datang tanpa diundang. Setelah ia tepat dihadapanku, jantungku seakan-akan mau copot saking takutnya. Tapi tiba-tiba pelayan lelaki bertubuh besar itu justru tersenyum padaku dan mempersilahkan aku masuk dan memintaku untuk mengikutinya. Dia ramah sekali, sangat jauh berbeda dengan tampangnya yang seram itu.

Aku semakin bingung karena ketika aku melewati pelayan-pelayan yang lain mereka berhenti sejenak dan memberi salam dengan hormat padaku seolah-olah aku ini atasan mereka. Pelayan yang tinggi besar itu mempersilahkanku masuk. Tepat seperti dugaanku, bagian dalam rumah jauh lebih indah dan megah dibandingkan dengan bagian luar tadi. Semua barang-barang yang ada serasi satu sama lain. Kemudian lelaki itu memintaku untuk duduk, akupun menurutinya. Setelah menawarkan minuman padaku dia pergi untuk mengambilnya.

Di ruangan itu hanya ada aku seorang yang duduk. Akupun bertanya-tanya kembali dimana sebenarnya aku ini. Rumah ini sangat sempurna, siapakah gerangan pemiliknya? Aku sangat mengagumi rumah ini, “Seandainya saja aku mempunyai rumah seperti ini, ah. . . akan sempurna sekali hidupku.” seruku dalam hati. Ketika aku sedang asyik mengagumi keindahannya, terdengar suara langkah kaki seseorang dari arah loteng, akupun terlonjak karena terkejut. Ternyata itu adalah langkah seorang wanita paruh baya yang sedang menuruni tangga. Dia melihat ke arahku dan seperti pelayan yang tadi wanita itupun tersenyum padaku. Dia tetap tersenyum ketika tiba dihadapanku, sehingga membuatku ikut tersenyum juga.

“Selamat pagi. Bagaimana jalan-jalan di luar tadi, menyenangkan?” tanya wanita itu.

“Ehm. . .” hanya itu suara yang dapak ku keluarkan dari tenggorokanku yang kini terasa sangat haus. Namun dalam hati aku bertanya-tanya. “Siapa wanita ini? Apa dia mengenalku? Memangnya apa yang sudah ku lakukan di luar tadi? Seingatku aku tidak jalan-jalan kemanapun, tadi aku hanya berdiri saja di tengah padang rumput. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa yang sedang kulakukan disini?” Lamunanku dibuyarkan oleh kedatangan pelayan bertubuh besar tadi yang datang membawakan minuman yang kelihatannya sangat segar, cocok untuk tengorokanku yang kini kian kering kerontang. Dengan cepat kuraih gelas yang disodorkan padaku dan kuteguk habis air di dalamnya. Aku berharap air itu bagai oasis di gurun pasir, namun ternyata rasa haus ditenggorokanku tidak juga hilang malah semakin kering. Aku semakin bingung. Dimana aku ini sebenarnya?

Lalu wanita paruh baya itu bertanya lagi padaku.

“Nona pasti capek, mari saya antar ke kamar untuk istirahat.” serunya dengan lembut.

Kemudian tiba-tiba seluruh tubuhku menjadi sangat lelah, dan akhirnya akupun mengikuti wanita itu ke kamar. Kamar itu juga sangat indah. Dinding dan temapt tidurnya berwarna coklat emas, sangat elegan. Semua barang-barang di dalamnya serasi dan wewah, akan membuat siapapun yang memasukinya merasa nyaman. “Andai aku punya kamar seperti ini.” seruku dalam hati. “Siapa ya. . . pemilik kamar ini?” lanjutku. “Dia pasti sangat bahagia punya kamar sebagus ini.”

Di dalam kamar aku kembali memikirkan semua kejadian yang baru saja kualami ini. Tanpa kusadari akupun tertidur. Selang beberapa lama aku terbangun karena ada seseorang yang mengetuk pintu kamar itu. Saat aku terbangun, aku terkejut. Aku bukan tidur di kamar dimana aku tidur tadi. Aku sangat mengenali kamar ini. Kamar yang selama 20 tahun ku tiduri. Dinding berwarna pink kumuh yang dihiasi beberapa poster idolaku. Meja belajar yang penuh buku serta lemari kecil di sudut ruangan yang pintunya terbuka karena tidak cukup menampung semua baju-bajuku. Ini kamarku. Ya, ini kamarku. Lalu tadi aku tidur dimana? Rumah mewah itu, kamar itu?

Lalu kulihat tanganku menggenggam sebuah buku lama yang menceritakan negara-negara di Eropa. Segala sesuatu yang menyangkut peradaban mereka. Lalu akupun tersennyum kecil mengingat kejadian-kejadian itu.”Ternyata cuma mimpi.” seruku dalam hati seraya bangun dari tempat tidur untuk membuka pintu.